Profil Desa Citembong

Ketahui informasi secara rinci Desa Citembong mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Citembong

Tentang Kami

Profil Desa Citembong, Bantarsari, Cilacap. Mengungkap perjuangan konektivitas akibat kondisi Jembatan Citembong, komitmen pembangunan infrastruktur di bawah Kades Tusiman, serta potensi pertanian dan geliat UMKM sebagai denyut nadi ekonomi desa.

  • Perjuangan Infrastruktur Vital

    Kehidupan sosial dan ekonomi desa sangat dipengaruhi oleh kondisi Jembatan Citembong, yang menjadi simbol perjuangan konektivitas dan prioritas utama pembangunan.

  • Potensi Pertanian Beragam

    Merupakan salah satu desa terluas di kecamatannya, memiliki potensi besar di sektor pertanian dengan komoditas seperti padi tadah hujan, kelapa, dan rambutan.

  • Pemerintahan Responsif

    Pemerintah desa secara aktif mengelola Dana Desa untuk pembangunan prioritas, seperti perbaikan jembatan darurat dan infrastruktur mitigasi bencana (tembok penahan tanah dan drainase).

Pasang Disini

Di tengah lanskap perbukitan Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap, terdapat sebuah desa yang kisahnya terjalin erat dengan sebatang jembatan. Desa Citembong, wilayah seluas 16,35 kilometer persegi, merupakan sebuah komunitas yang hidupnya bergantung pada urat nadi infrastruktur yang menghubungkan mereka dengan dunia luar. Perjuangan menjaga konektivitas melalui Jembatan Citembong yang rapuh menjadi narasi utama yang mewarnai dinamika sosial, ekonomi dan politik desa ini. Di bawah kepemimpinan yang responsif, masyarakat Citembong tidak hanya pasrah, tetapi terus berjuang, membangun, dan menggali potensi dari tanah mereka yang subur, membuktikan bahwa semangat sebuah desa lebih kokoh dari beton dan baja sekalipun.

Geografi, Demografi, dan Pemerintahan

Desa Citembong merupakan salah satu desa terluas di Kecamatan Bantarsari, dengan total luas wilayah mencapai 1.635 hektar. Kondisi geografisnya yang berbukit-bukit dan dilintasi sungai menjadikannya wilayah yang subur namun sekaligus penuh tantangan infrastruktur. Secara administrasi, desa ini terbagi menjadi 4 dusun, 6 Rukun Warga (RW), dan 30 Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, Desa Citembong dihuni oleh 5.094 jiwa.

Pusat pemerintahan desa dijalankan dari kantor desa yang dipimpin oleh Kepala Desa Tusiman. Bersama jajaran perangkatnya, Pemerintah Desa Citembong bekerja untuk menerjemahkan aspirasi warga ke dalam program-program pembangunan yang nyata. Keterbukaan dan responsivitas menjadi kunci, terutama dalam menghadapi isu-isu krusial yang berdampak langsung pada hajat hidup orang banyak, seperti pengelolaan Dana Desa untuk perbaikan infrastruktur darurat dan program pembangunan prioritas lainnya. Pemerintahan desa menjadi garda terdepan dalam menyuarakan kebutuhan warganya ke tingkat kabupaten, khususnya terkait masalah infrastruktur vital.

Jembatan Citembong: Urat Nadi yang Terancam

Kisah Desa Citembong tidak dapat dipisahkan dari Jembatan Citembong. Jembatan ini bukan sekadar struktur fisik, melainkan urat nadi yang menghubungkan kehidupan ekonomi dan sosial warga, khususnya yang berada di Dusun Citembong dan Dusun Rejasari, dengan pusat kecamatan dan wilayah lainnya. Selama bertahun-tahun, kondisi jembatan yang menua dan sering rusak menjadi persoalan utama yang menghantui warga.

Puncaknya terjadi pada periode 2023 hingga awal 2024, ketika kerusakan jembatan menjadi semakin parah. Lantai jembatan yang ambles dan konstruksi yang rapuh akibat gerusan air sungai memaksa pihak berwenang mengambil langkah drastis: menutup sementara akses jembatan untuk kendaraan roda empat. Kondisi ini melumpuhkan sebagian aktivitas ekonomi. Truk pengangkut hasil bumi seperti kelapa dan padi tidak bisa melintas, memaksa petani mengeluarkan biaya ekstra untuk memutar melalui jalur yang lebih jauh atau menggunakan moda transportasi yang lebih kecil secara berulang kali.

Pemerintah Desa Citembong, di bawah komando Kades Tusiman, tidak tinggal diam. Dengan menggunakan Dana Desa, perbaikan darurat dilakukan agar jembatan setidaknya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua. "Untuk sementara jembatan ini hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, karena kondisinya rusak parah. Kami berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk perbaikan secara permanen," ujar Kades Tusiman dalam sebuah kesempatan. Perjuangan ini menjadi simbol betapa vitalnya infrastruktur bagi kehidupan sebuah desa dan bagaimana masyarakat serta pemerintah lokal berupaya keras mencari solusi di tengah keterbatasan.

Pembangunan dan Mitigasi Bencana

Selain fokus pada isu Jembatan Citembong, pemerintah desa juga secara aktif mengalokasikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur lainnya, terutama yang bersifat mitigasi bencana. Mengingat kondisi geografisnya, Desa Citembong juga rentan terhadap bencana tanah longsor dan banjir. Kesadaran akan risiko ini mendorong alokasi Dana Desa untuk program-program yang dapat melindungi permukiman dan lahan pertanian warga.

Salah satu contoh konkret ialah proyek pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT) dan drainase di Dusun Rejasari yang dilaksanakan pada pertengahan 2023. Proyek ini merupakan respons langsung terhadap kebutuhan warga untuk mengamankan lingkungan mereka dari ancaman erosi dan genangan air. Pembangunan semacam ini menunjukkan adanya perencanaan yang matang dari pemerintah desa, yang tidak hanya mengatasi masalah yang sudah ada di depan mata (seperti jembatan rusak), tetapi juga berupaya mencegah potensi masalah di masa depan. Langkah-langkah preventif ini sangat penting untuk menjamin rasa aman dan keberlangsungan hidup masyarakat dalam jangka panjang.

Potensi Ekonomi Berbasis Sumber Daya Alam

Di balik tantangan infrastrukturnya, Desa Citembong menyimpan potensi ekonomi yang besar, terutama di sektor pertanian. Sebagai desa yang luas dengan tanah yang subur, pertanian menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk. Berdasarkan identifikasi potensi, beberapa komoditas unggulan dari desa ini meliputi padi yang ditanam di sawah tadah hujan, kelapa, dan rambutan. Hasil-hasil bumi ini menjadi sumber pendapatan utama, meskipun distribusinya seringkali terkendala oleh kondisi akses jalan dan jembatan.

Selain pertanian, geliat pemberdayaan ekonomi juga mulai tampak di tingkat komunitas. Salah satunya melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar. Kelompok ini menjadi wadah bagi para perempuan di Desa Citembong untuk berkreasi dan mengembangkan usaha produktif. Pada akhir tahun 2023, KWT Mawar menjadi salah satu penerima bantuan pengembangan usaha dari program pemerintah, sebuah pengakuan atas eksistensi dan potensi mereka. Meskipun produk spesifiknya belum terangkat secara luas, keberadaan KWT ini menandakan adanya semangat kewirausahaan dan keinginan untuk menciptakan sumber-sumber pendapatan baru di luar sektor pertanian tradisional.

Harapan di Tengah Keterbatasan

Desa Citembong adalah cerminan dari potret banyak desa di Indonesia: kaya akan potensi sumber daya alam, namun dihadapkan pada tantangan klasik berupa keterbatasan infrastruktur. Saga Jembatan Citembong menjadi pelajaran berharga tentang betapa krusialnya konektivitas untuk membuka gerbang kesejahteraan. Namun di tengah keterbatasan itu, terlihat jelas resiliensi sebuah komunitas dan responsivitas pemerintah desanya.

Ke depan, masa depan Desa Citembong sangat bergantung pada solusi permanen untuk masalah infrastruktur utamanya. Pembangunan jembatan yang layak dan permanen akan menjadi kunci pembuka potensi ekonomi yang selama ini terhambat. Sembari menanti realisasi tersebut, masyarakat dan Pemerintah Desa Citembong terus bergerak maju, membangun apa yang mereka bisa melalui Dana Desa, memperkuat sektor pertanian, dan memberdayakan kelompok-kelompok warganya. Inilah kisah tentang harapan yang terus dirawat, tentang perjuangan yang tak pernah padam dari sebuah desa di ujung Bantarsari.